Sunday, May 4, 2008

Oh Indahnya


Islam merupakan agama yang datang untuk kebaikan bagi seluruh umat manusia. Islam telah menyerukan kepada pemeluknya agar senantiasa menjaga kemulian wanita karena ia merupakan istri, ibu, dan teman hidup para pria. Berbagai kehinaan yang terjadi pada kaum wanita pada masa jahiliyah telah dilenyapkan dengan kedatangan Islam. Islam telah memberikan dan menjaga hak-hak wanita dalam segala aspek kehidupan. Dalam aspek pendidikan misalnya, sejak awal kedatangannya, Islam telah memberi hak wanita untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Hal ini dapat dilihat pada para wanita dari golongan sahabat. Mereka adalah wanita-wanita cerdas. Pada zaman sahabat, mereka ikut aktif dalam pengajaran dan penyebaran hadits seperti yang dilakukan oleh Aisyah. Begitu juga dapat dilihat pada Hafshah binti Umar yang merupakan salah seorang wanita penjaga Al-Qur’an. Mereka merupakan wanita-wanita yang peduli pada pendidikan sehingga dari tangan-tangan merekalah lahir para ulama-ulama besar Islam. Pembinaan ini tentu dilakukan dan diawali dari pendidikan dirumah. Oleh sebab itu, para ibunda para ulama merupakan wanita-wanita yang tinggal dirumah.



Sejak awal kedatangannya, Islam telah mengangkat harkat dan derajat kaum wanita dan menganggap mereka sebagai partner bagi kaum pria. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di awal peradaban Eropa. Pada tahun 581 M, bertepatan dengan tahun hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di Eropa dilaksanakan suatu munas (musyawarah nasional) yang membahas mengenai peran wanita. Para anggota munas tersebut berselisih paham tentang sosok wanita, apakah mereka juga diciptakan sebagai manusia atau tidak? Akhirnya, diputuskan bahwa wanita itu juga manusia, akan tetapi mereka diciptakan hanya untuk mengabdi kepada kaum pria. Walaupun seiring perjalanan waktu, terjadi tuntutan-tuntutan dari kaum wanita untuk memperoleh hak-hak mereka, sehingga terlahirlah gerakan emansipasi wanita. Propaganda emansipasi wanita ini berada di bawah naungan dua teori yaitu pembebasan wanita, dan persamaan hak antara pria dan wanita yang muncul pertama kali di Negara Eropa, Prancis. Orang-orang Nasrani disana menganggap bahwa wanita merupakan sumber kemaksiatan dan pangkal segala keburukan. Para pendeta di Eropa terus menyebarluaskan sikap permusuhan terhadap kaum wanita ini. Bermula dari sikap keras para pendeta inilah maka kaum wanita berada dalam gejolak dan kemarahan sehingga muncullah teori kebebasan wanita dan kesetaraan gender.



Seruan-seruan “sesat” tersebut muncul dari orang-orang Barat yang kemudian mereka berusaha menyebarkannya pada kaum muslimin. Anehnya, seruan-seruan tersebut diterima dengan tangan lebar oleh sebagian kaum muslimin. Para penyeru yang mengaku sebagai “Pembela perempuan” menyangka bahwa perempuan yang hanya tinggal di rumah saja akan menyebabkan berkurang haknya sebagai perempuan dan akan membunuh kepribadiannya. Oleh karena itu, para penyeru emansipasi wanita ini menyerukan agar para wanita untuk keluar rumah guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan berkarier. Selain itu, akibat seruan “emansipasi wanita” ini, mulai muncullah keberanian para muslimah untuk membuka hijab mereka, bersolek, dan memakai pakaian yang mempertontonkan aurat mereka di depan umum. Mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan hasil dari kebudayaan yang maju dan modern. Sungguh suatu pernyataan yang aneh. Jika maju dan modernnya suatu peradaban ditentukan dengan aurat yang semakin terbuka, maka kera beserta teman-temannya lebih layak dianggap sebagai makhluk yang memiliki peradaban paling maju dan modern karena kera beserta teman-temannya sama sekali tidak menutup auratnya.



Cukuplah kita kembali pada ajaran Islam karena Islam merupakan sumber kebaikan yang berlandaskan pada wahyu Allah. Islam telah mengangkat harkat dan memuliakan para wanita melalui syari’at-syari’atnya sedangkan seruan emansipasi hanya akan menjerumuskan kaum wanita ke dalam jurang kehinaan.

1 comment:

Anonymous said...

Artikel yang lumayan bagus. Btw ambil dari mana ya?? :D